Flavonoid
mempunyai sistem aromatik terkonyugasi, oleh karena itu mempunyai pita serapan
di daerah ultraviolet dan ultraviolet nampak (UV-UV Vis). Spektra dari
flavon dan flavonol memperlihatkan dua puncak utama pada daerah 240 – 400 nm.
Dua puncak utama ini biasanya memperlihatkan pita I (300 – 380 nm) dan pita
II (240 – 280 nm). Pita I menunjukkan
absorbsi yang sesuai untuk cincin B sinamoil, sedang pita II berhubungan
absobsi cincin benzoil.
Isoflavon, falavanon dan
dihidroflavonol memberikan spektra ultraviolet yang mirip satu sama lain, oleh
karena masing-masing senyawa ini tidak mempunyai sistem konyugasi sinamoil
dengan cincin B. Larutan isoflavon dalam metanol memberikan spektra ultraviolet dengan
puncak II pada daerah 250 nm – 270 nm dan puncak I pada daerah 300 nm – 330 nm.
Sedang flavanon dan dihidroflavanon keduanya memberikan puncak II pada
daerah 270 nm – 290 nm dan puncak I pada daerah 320 nm – 330 nm.
Peran
gugus hidroksil pada cincin A pada flavon dan flavonol menghasilkan
menghasilkan pergeseran batokromik yang nyata pada pita II dan sedikit pada
pita I. Metilasi dan glikosilasi juga berefek pada absorpsi pada flavon dan
flavonol. Jika gugus 3, 5, dan 4’ – OH pada flavon dan flavonol termetilasi dan
terglikosilasi terjadi pergeseran hipsokromik terutama pita I. Pergeseran yang
terjadi terbesar 12 – 17 nm, bisa mencapai 22 – 25 nm pada flavon yang tidak
mempunyai gugus 5 – OH.
Pita II
merupakan serapan dari cincin A bagian benzoil, dan pita I merupakan serapan
dari cincin B bagian sinamoil. Intesitas dari masing-masing serapan tergantung
pada panjangnya sistem konyugasi serta adanya subtitusi terutama pada kedudukan
atom C3 dan C5. Sebagai contoh senyawa flavon yang mempunyai sistem sinamoil
mengandung sistem konyugasi lebih panjang daripada sistem benzoil, intensitas
puncak I lebih kecil dari intensitas puncak II. Flavon, flavonol yang
tersubtitusi oksigen hanya pada cincin A, dalam metanol cenderung memberikan
spektra yang nyata pada pita II dan lemah pada pita I, tetapi jika cincin B
yang tersubtitusi oksigen, pita I akan kelihatan lebih nyata.
Penambahan
pereaksi geser atau pereaksi diagnostik, adanya hidroksilasi, glikolasi,
metilasi dan asetilasi dapat mengubah karakter resapan dari senyawa flavonoid.
Dengan melihat perubahan-perubahan ini maka dapat digunakan untuk memperkirakan
struktur flavonoid.
1. Efek hidroksilasi. Penambahan gugus
hidroksil pada cincin A pada flavon atau flavonol menghasilkan pergeseran
batokromik yang nyata pada pita resapan I atau pita resapan II pada spektra
flavonoid. Apabila gugus hidroksil tidak ada pada flavon atau flavonol, panjang
gelombang maksimal muncul pada panjang gelombang yang lebih pendek dibanding jika ada gugus 5 – OH , sedang
subtitusi gugus hidroksil pada posisi 3, 5 dan 4 mempunyai sedikit efek atau
tidak sama sekali pada spektra UV. Pita absorpsi I isoflavon mempunyai
intensitas yang lemah, sedangkan pita II intensitas kuat. Pita absirbsi II dari
isoflavon biasanya antara 245 – 270 nm dan relatif tidak mempunyai efek pada
cincin B dengan adanya hidroksilasi.
2. Efek natrium metoksida. Natrium metoksida
merupakan basa kuat yang dapat mengiionisasi semua gugus dalam flavonoid.
Degradasi atau pengurangan kekuatan spektra setelah waktu tertentu merupakan
petunjuk yang baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Spektra isoflavon
yang mempunyai gugus hidroksi pada cincin A akan memperlihatkan pergeseran
batokromik baik pada pita I maupun pita II. Puncak pada spektra UV senyawa 3’ –
4’ dihidroksi isoflavon akan mengalami penurunan intensitas beberapa menit
setelah penambahan natrium metoksida. Adanya perbedaan kecepatan dekomposisi 4’
monohidroksi isoflavon dapat digunakan untuk menentukan bahwa dekomposisi yang
berjalan cepat menunjukkan adanya 3’ – 4’ dihidroksi isoflavon. Penambahan
natrium metoksida pada flavon dan flavonol dalam metanol umumnya menghasilkan
pergeseran batokromik untuk semua pita serapan. Walaupnun demikian pergeseran
batokromik yang besar pada serapa pita I sekitar 40 – 65 nm tanpa penurunan
intensitas, menunjukkan adanya gugus 4’ – OH bebas. Dan flavonol yang tidak
mempunyai gugus 4’ – OH bebas juga memberikan pergeseran pada pita serapan I,
dengan penurunan intensitas. Dalam hal ini pergeseran batokromik disebabkan
adanya gugus 3 – OH bebas. Jika suatu flavonol mempunyai 3 dan 4’ – OH bebas,
maka spektra dengan natrium metoksida akan mengalami dekomposisi. Pengganti
natrium metoksida yang baik ialah laruan NaOH 2M dalam air.
3. Efek natrium asetat. Natrium asetat
merupakan basa lemah dan hanya akan mengionisasi gugus yang sifat keasamannya
tinggi, khususnya untuk mendeteksi adanya gugus 7 – OH bebas. Natrium asetat
hanya dapat mengionisasi isoflavon khusus pada gugus 7 – OH. Gugus 3’ atau 4’ –
OH pada flavonol. Oleh sebab itu interpretasi terhadap pergeseran spektra
isoflavon untuk penambahan natrium asetat menjadi sederhana. Adanya 7 – OH
isoflavon menyebabkan pergeseran batokromik 6 – 20 nm pada pita II setelah
penambahan natrium asetat. Adanya natrium asetat dan asam borat akan membentuk
kompleks dengan gugus orto hidroksil paa cincin B menunjukkan pergeseran
batokromik pada pita serapan I sebesar 12 – 30 nm. Gugus orto hidroksil pada
cincin A juga dapat dideteksi dengan efek natrium asetat dan asam borat. Adanya
pergesaran batokromik sebesar 5 – 10 nm pada pita II menunjukkan adanya gugus
orto hidroksi pada posisi C6 dan C7 atau C7 dan C8.
4. Efek aluminium klorida. Pereaksi ini
dapat membentuk kompleks tahan asam antara gugus hidroksi dan keton yang
bertetangga dan membentuk kompleks tidak tahan asam dengan gugus orto –
hidroksi, perekasi ini dapat digunakan untuk mendetekasi kedua gugus tersebut.
Adanya gugus 3’, 4’ – dihidroksil pada isoflavon atau flavanon dan
dihidroflavonol tidak dapat dideteksi dengan AlCl3 karena cincin B
mempunyai sedikit atau tidak ada konyugasi dengan kromofor utama. Jika
isoflavon, flavanon (dan mungkin dihidroflavonol) mengandung gugus-gugus orto – hidroksil pada posisi 6, 7 atau 7, 8
maka spektra AlCl3 menunjuikkan pergeseran batokromik (biasanya pada
pita I maupun pita II) dengan membandingkan terhadap spektra AlCl3 /
HCl. Pita serapa II spektra UV dari semua 5 – OH isoflavon dapat dideteksi
dengan penambahan AlCl3 atau HCl, kecuali 2 – karboksil 5, 7 –
dihidroksil isoflavon. Adanya gugus
tersebut ditandai dengan pergeseran
batokromik pada pita II 10 – 14 nm (relatif terhadap spektra metanol). Spektra
isoflavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH bebas tidak berefek setelah
penamabahan AlCl3 / HCl. Pada flavon dan flavonol, adanya gugus orto
– hidroksil pada cincin B dapat diketahui jika penambahan asam terhadap spektra AlCl3
menghasilkan pergeseran hipsokromik sebesar 30 – 40 nm pada pita I (atau pita
Ia jika terdiri dari dua puncak). Dengan adanya pergeseran batokromik pada pita
Ia (dalam AlCl3 / HCl) dibandingkan dengan pita I (dalam metanol)
sebesar 35 – 55 nm, menunjukkan adanya 5 – OH flavon atau flavonol 3 – OH
tersubtitusi.
Penafsiran
spektrum UV dengan penambahan NaOMe
(Karkham, 1988)
Jenis
flavonoid
|
Pergeseran yang tampak
Pita
I Pita II
|
Petunjuk penafsiran
|
Flavon
Flavonol
|
Kekuatan menurun terus (artinya penguraian)
|
3,4’-OH,O
–diOH pada cincin A; pada cincin B 3-OH yang berdampingan
|
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
|
4’-OH
|
|
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
|
3–OH. Tak ada 4’–OH bebas
|
|
Pita baru (bandingkan dengan MeOH),
320
– 325 nm
|
7–OH
|
|
Isoflavon
|
Tak ada pergeseran
|
Tak ada OH pada cincin A
|
Flavanon
Dihidroflavonol
|
Kekuatan menurun dengan
berjalannya waktu
|
O–diOH pada cincin A
(penurunan lambat: O –diOH pada
cincin B isoflavon)
|
Bergeser dari k.280 nm ke
k.325 nm, kekuatan naik
tetapi ke 330-340 nm
|
Falvanon dan dihidroflavonol dengan 5, 7–OH
7–OH, tanpa 5-OH
bebas
|
|
Khakon
Auron
|
+80 sampai 95 nm
(kekuatan naik)
+ 60 sampai 70
nm
(kekuatan naik)
Pergeseran lebih kecil
|
4’–OH (auron)
6–OH tanpa oksigenasi pada 4’ (auron)
6–OH dengan oksigenasi pada 4’ (auron)
|
+ 60 sampai 100 nm
(kekuatan naik)
(tanpa kenaikan kekuatan)
+
40 sampai 50 nm
|
4 – OH (khalkon)
2–OH atau 4’–OH dan tapa
4–OH
4’–OH
(2’–OH atau 4–OR juga ada)
|
|
Antosianidin
Antosianin
|
Semuanya
terurai kecuali 3-deoksiantosianidin
|
Nihil
|
Penafsiran
spektrum UV dengan penambahan NaOAc
(Karkham,
1988)
Jenis flavonoid
|
Pergeseran yang tampak
Pita
I Pita II
|
Petunjuk penafsiran
|
Flavon
Flavonol
Isoflavonol
|
+ 5 sampai 20 nm (berku-
rang bila ada
oksigenasi
pada 6 atau 8)
|
7-OH
|
Kekuatan berkurang dengan bertambahnya waktu
|
Gugus yang peka terhadap basa, mis. 6,7 atau 7,8 atau
3,4’-diOH
|
|
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
|
3–OH. Tak ada 4’–OH bebas
|
|
Pita baru (bandingkan dengan MeOH),
320
– 325 nm
|
7–OH
|
|
Flavanon
Dihidroflavonol
|
+35 nm
+60nm
|
7-OH (dengan 5-OH)
7-OH (dengan tanpa 5-OH)
|
Kekuatan berkurang dengan bertanbahnya waktu
|
Gugus yang peka terhadap basa, mis.67 atau 7,8-diOH
|
|
Khakon
Auron
|
Pergeseran batokromik atau bahu pada panjang gelombang
yang lebih panjang
|
4’ dan / atau 4-OH (khalkon)
4’ dan / atau 6-OH (auron)
|
Penafsiran
spektrum UV dengan NaOAc / H3
BO3 (Karkham, 1988)
Jenis
flavonoid
|
Pergeseran yang tampak
Pita
I Pita II
|
Petunjuk penafsiran
|
Flavon
Flavonol
Auron
Khalkon
|
+12 21mpai 36 nm
(nisbi terhadap
spektrum MeOH)
Pergeseran lebih kecil
|
O-diOH pada cincin B
O-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8)
|
Isoflavon
Flavanon
Dihidroflavonol
|
+10 sampai 15 nm (nisbi
terhadap spektrum MeOH)
|
O-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8)
|
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan AlCl3 dan AlCl3
/HCl
(Markham ,
1988)
Jenis
flavonoid
|
Pergeseran yang tampak
Pita
I Pita II
|
Petunjuk penafsiran
|
Flavon dan
Flavonol
(AlCl3
/ HCl)
(AlCl3)
|
+35 sampai 55 nm
+17 sampai 20 nm
Tak berubah
|
5-OH
5-OH denganm gugus oksigenasi pada 6
Mungkin 5-OH dengan gugus prenil pada 6
|
+50
sampai 60 nm
|
Mungkin 3-OH (dengan atau tanpa 5-OH)
|
|
Pergeseran
AlCl3 / HCl
Tambah 30 sampai 40 nm
|
O-diOH pada cincin B
|
|
Pergeseran
AlCl3 / HCl
Tambah 20 sampai 25 nm
|
O-diOH pada cincin A (tambahan
Pada pergeseran O-diOH
pada cincin B)
|
|
Isoflavon,
Flavanon, dan
Dihidroflavonol
(AlCl3
/ HCl)
|
+10
sampai 14 nm
+ 20 sampai 26 nm
|
5-OH
(isoflavon)
5-OH
(flavon, dihidroflavonol
|
(AlCl3)
|
Pergeseran AlCl3
/ HCl,
tambah 11 sampai 30
nm
|
O-diOH pada cincin A (6,7 dan 7,8)
|
Pergeseran AlCl3
/ HCl,
tambah 30 sampai 38
nm
(peka terhadap NaOAc)
|
Dihidroflavonol tanpa 5-OH (tambahan pada sembarang
pergeseran O-diOH)
|
|
Auron
Khalkon
(AlCl3
/ HCl)
|
+48
sampai 64 nm
+
40 nm
|
2’-OH (khalkon)
2’-OH (khalkon) dengan oksigenasi pada 3’
|
(AlCl3)
|
+60 sampai 70 nm
Pergeseran AlCl3 / HCl
Tambah 40 sampai 70 nm
|
4-OH
(auron)
O-diOH pada cincin B
|
Penambahan
lebih kecil
|
Mungkin
O-diOH pada cincin A
|
|
Antosianidin
Antosianin
(AlCl3)
|
+25
sampai 35 nm
(pada
pH 2-4)
|
O-diOH
|
Pergeseran
lebih besar
|
Banyak O-diOH
atau O-diOH (3-deoksi antosianidin)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar