Kanamisin didapat dari fitrat kultur streptomyces
kanamyceticus. Senyawa yagn ada dalam perdagangan mengandung sekitar 98%
kanamisin A. Dalam senyawa ini ada dua gula amino terikat dengan
2-desoksistreptamin melalui jembatan oksigen. Kerja antibakteri kanamisin
sebanding dengan neomisin. Karena ototoksisitasnya, maka pemakaian tidak
seperti dulu saat senyawa ini digunakan juga secara parenteral, pada saat ini
hanya dipakai lokal pada mata. Kanamisin telah lama digunakan sebagai
antituberkolosis lini-kedua untuk pengobatan tuberkolosis yang disebabkan oleh
bakteri yang sudah resisten terhadap streptomisin, tetapi sejak ditemukannya
amikasin dan kapreomasin yang relative kurang toksik, maka kini telah
ditinggalkan.
Indikasi : Septikemia, infeksi saluran nafas,
meningitis, infeksi saluran kemih yang berkomplikasi, gonore yang resisten terhadap
Penisilin, antituberkulosa sekunder.
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas.
Perhatian: Gangguan fungsi ginjal, gangguan pada
kehamilan.
Interaksi obat: Neuromuskular bloker, obat-obat
lain yang dapat mengakibatkan ototoksis, dan nefrotoksis, dan diuretika.
Efek Samping: Ototoksisitas &
nefrotoksisitas.
Indeks Keamanan Pada Wanita Hamil: Positif ada
kejadian yang berbahaya pada janin manusia, tetapi keuntungan dari penggunaan
oleh wanita hamil mungkin dapat diterima walaupun berisiko. (Misalnya jika obat
digunakan untuk situasi menyelamatkan nyawa atau penyakit yang serius dimana
obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).
Kemasan: Vial 1 gram x 10 biji.
Dosis: Dewasa, 15 mg/kg berat badan/hari. Maksimal
1,5 gram sehari dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Dosis maksimal yang digunakan
selama pengobatan : 15 gram.
Gonore : 2 gram sebagai dosis tunggal. Anak-anak : 15 mg/kg berat badan/hari atau kurang. Disuntikkan intramuskular (IM).
Gonore : 2 gram sebagai dosis tunggal. Anak-anak : 15 mg/kg berat badan/hari atau kurang. Disuntikkan intramuskular (IM).
Preparat dagang: Kanamycin Meiji®,
Kanamycin Sulphate Meiji®, Kanamycin Hexpharm®, Kanamycin
Sanbe®
E. Linkomisin
Dihasilkan oleh Streptomyces linkolnensis.
Khasiatnya bakteriostatik dengan sperktrum kerja lebih sempit dari pada
makrilida, terutrama terhadap kumn Gram positif dan anaerob.
Indikasi: Infeksi dengan kuman anaerob, seperti Bacteroides.
Berkat efek baiknya terhadap Propionibacter acnes, zat ini digunakan
secara topical pada acne.
Farmakologi: Resorpsinya dari usus agak
buruk. Masa paruhnya 5 jam dan distribusinya ke seluruh jaringan sama baiknya
dengan kloramfenikol. Ekskresinya sebagai metabolit inaktif terutama
melalui empedu dan tinja, hanya sebagian kecil melalui kemih.
Efek samping: yang sering kali terjadi adalah
gangguan lambung-usus, diare, mual dan muntah, jarang reaksi alergi kulit.
Lebih berat tetapi jarang adalah colitis pseudomembraneus, semacam
radang usus besar yang diakibatkan oleh toksin dari kuman Clostridium
difficile. Kuman ini dapat berkembang cepat karena kuman anaerob (yang
bersaing) telah dimusnahkan oleh linkomisin.
Dosis: oral 3-4 dd 500 mg a.c., injeksi i.m. 1-2
dd 600 mg.
Preparat dagang: Lincocin®, Biolincom®,
Ethilin®, Lincobiotic®, Lincophar®, Nichomycin®,
Nolipo 500®, Percocyn®, Pritalinc®, Tismamisin®,
Zencocin 500®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar