bieNveNue suR moN bLog

Merci de visiter mon blog fiLLe
je l'espère peuvent vous aider

Kamis, 29 Maret 2012

RIFAMPISIN


Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9. Larut dalam  kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran.
Dalam perdagangan, rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida  yang ditambahkan untuk mengatur pH.
Dalam perdagangan sediaan oral rifampin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniasid dan pirazinamid.
Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei.
Mekanisme kerja: Menghambat sintesis RNA bakteri dengan  mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA.
Indikasi: Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain, Infeksi M. Leprae, Profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae, Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat  dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam  sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
Dosis: Oral ( Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral), Terapi Tuberkulosis, Catatan : Regimen empat obat ( isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB, Bayi dan anak-anak < 12 tahun, Terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal  (maksimal 600 mg/hari),Dewasa, terapi harian : 10  mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari), Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg  (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari), Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid : Anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan, Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan, Profilaksis H. Influenzae  (unlabeled use), Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis, Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari,Leprosy (unlabeled use) : dewasa : Multibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin, Paucibacillary : 600 mg sekali sebulan selama  6 bulan dalam kombinasi dengan dapson, Lesi tunggal : 600 mg  sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg.
Farmakologi : Durasi : < 24 jam, Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak. Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik. Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi. CSF : inflamasi meninges : 25%. Metabolisme: Hepatik; melalui ikatan protein : 80% esirkulasi enterohepatik. T½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam. Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam. Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%)  sebagai  obat yang tidak berubah.
Stabilitas dan penyimpanan: Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W).
Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25°C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS.
Efek samping : Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala. mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning). flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi. tubuh yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
Peringatan : Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui. porfiria; Penting : pasien yang menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk  menggantinya dengan alternatif kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.
Preparat dagang: Corifam®, Famri®, Lanarif®, Medirif®, Merimac®, Prolung 450®, Rifabiotic®, Rifacin®, Rifampicin Hexpharm®, Rifamtibi®, Rimactane®, Rimactazid®/ Rimactazid Paed®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar